Minggu ini di sosial media khususnya TikTok dan Instagram ramai tagar #saveralph untuk melawan animal testing. Sebenarnya apa sih itu?
Belum lama ini media sosial diramaikan dengan film pendek berjudul Save Ralph. Film ini menceritakan tentang kehidupan kelinci yang digunakan sebagai bahan percobaan. Untuk meningkatkan kesadaran akan produk yang menggunakan animal testing, film ini menggandeng banyak selebritas Hollywood dan sutradara ternama. Dengan adanya film pendek ini, diharapkan produk yang masih melakukan animal testing akan dilarang secara global.
Film Pendek Save Ralph
Tanggal 6 April 2021 kemarin, laman YouTube The Humane Society of The United States merilis film animasi pendek stop motion berjudul “Save Ralph”. Memperkenalkan Ralph, seekor kelinci yang menjadi juru bicara kampanye global untuk melarang pengujian kosmetik ada hewan.
Ralph menceritakan bahwa pekerjaan sebagai kelinci percobaan ini adalah pekerjaan turun menurun di keluarganya. Mulai dari ayah, ibu, saudara, sampai anak-anaknya juga memiliki pekerjaan ini. Saat berada di laboratorium, rekan-rekan Ralph berada dalam kondisi terkunci di sebuah kotak mengatakan harapan mereka untuk bisa pergi dari sana.
Banyak sekali adegan menyedihkan dalam film pendek ini walau tidak dijelaskan secara jelas. Namun, pada akhir adegan ada Ralph dengan kondisi leher cedera, bahkan punggung bawahnya juga. Mata kiri Ralph bahkan sudah tidak berfungsi seperti sedia kala.
Kenapa Animal Testing Harus Segera Dihentikan?
Hal pertama yang menjadi alasan adalah percobaan pada binatang sangat tidak berperasaan. Hewan yang dijadikan bahan percobaan tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Bahkan, makan saja mereka tidak diberikan karena tujuan mereka ada di lab untuk mencoba berbagai formula dan zat kimia saja.
Hasil yang didapatkan dari animal testing juga belum tentu akurat. Jumlah hewan yang menjadi korban di laboratorium mencapai ratusan juta sangat tidak sebanding dengan hasil temuan bahan yang disetujui oleh drug regulator yang jumlahnya hanya 25 bahan baru per tahun. Selain itu, 95% dari jumlah bahan-bahan yang sudah diuji coba ke hewan ternyata gagal ketika diuji coba pada manusia melalui human trials.
Baca Juga : Apa Sih Arti Non-Comedogenic, Dermatologically Tested, dan Paraben Free Pada Beauty Produk?
Manusia dan hewan memiliki perbedaan secara fisiologis, anatomi, dan genetik sehingga reaksi yang didapatkan dari suatu zat kimia akan berbeda antara manusia dan hewan. Belum lagi manusia mempunyai lebih banyak variabel yang tentunya menentukan reaksi sebuah zat ke tubuh seperti kulit sensitif, kulit normal, pengidap asma, dan sebagainya. Nah, hewan yang digunakan dalam ujicoba hanya hewan yang sehat tanpa kriteria lain, jadi hal ini tidak mewakili berbagai faktor yang dimiliki manusia.
Negara yang Sudah Melarang Animal Testing
Menurut Michelle Thew, Chief Executive dari Cruelty Free International, animal testing adalah metode yang kuno, mahal, dah tidak akurat. Animal testing hanya bisa memprediksi human reaction 40-60% sedangkan ada cara lain yang lebih tepat hingga 80%.
Karena berbagai pertimbangan, ada beberapa negara yang memiliki hukum no animal testing, seperti Israel, India, Turki, Uni Eropa, Norwegia, Brazil, Korea Selatan, dan New Zealand. Selain melarang percobaan pada binatang, negara ini juga melarang produk impor masuk ke pasar jika masih menggunakan metode animal testing.
Kamu tidak perlu bingung memilih brand yang tidak melakukan percobaan pada binatang , sudah banyak beauty brand yang memasang logo cruelty free salah satunya Avoskin. Masih banyak lagi brand lokal yang menerapkan no animal testing ini. Kamu cukup lihat logo yang tertera pada packaging produk kecantikan kalian.
Yuk, mulai sekarang perhatikan produk kecantikan yang kamu beli. Dengan tidak mendukung brand atau perusahaan yang melakukan percobaan pada binatang , pasti mereka akan hilang secara perlahan.
Last Updated on April 21, 2021
Beri Komentar
Komentar
Belum ada komentar.